1. Kamera Obscura
Dalam setiap momen penting, tentunya
setiap manusia ada keinginan untuk mengabadikannya dalam pengabadian itu diperlukan
sebuah alat yang dinamakan kamera. Lewat jepretan dan bidikan kamera, manusia
bisa merekam dan mengabadikan beragam bentuk gambar mulai dari sel manusia
hingga galaksi diluar angkasa.
Jauh sebelum barat menemukan kamera,
prinsip-prinsip dasar pembuatan kamera telah dicetuskan seorang sarjana Muslim
sekitar 1000 tahun silam. Peletak prinsip kerja itu adalah seorang saintis
legendarix Muslim bernama Ibnu Al Haitham. Pada akhir abad ke-10 M, Al-Haitham
menemukan sebuah kamera obscura. Dia adalah seorang bapak fisika modern yang
lahir di kota Basrah, Persia. Penemuan kamera ini merupakan salah satu penemuan
di bidang fisika.
Penemuan yang sangat inspiratif ini
berhasil dilakukan Al-Haitham bersama Kamaluddin Al-Farisi. Keduanya berhasil
meneliti dan merekam fenomena kamera obscura. Penemuan itu berawal ketika
keduanya mempelajari gerhana matahari. Untuk mempelajari penomena gerhana,
Al-Haitham membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari
semi nyata diproyeksikan melalui permukaan datar. Kajian ilmu optik berupa
kamera obscura itulah yang mendasari kinerja kamera yang saat ini digunakan
umat manusia.
Dunia mengenal Al-Haitham sebagai
perintis di bidang optik yang terkenal lewat bukunya bertajuk Kitab al-Manazir (Buku Optik). Untuk membuktikan
teori-teori dalam bukunya itu, sang fisikawan Muslim itu lalu menyusun Al-Bayt Al-Muzlim atau lebih dikenal
dengan sebutan kamera obscura atau kamar gelap. Istilah kamera obscura yang
ditemukan Al-Haitham pun diperkenalkan di Barat sekitar abad kw-16 M. Lima abad
setelah penemuan kamera obscura. Cardano Geronimo (1501-1576) terpengaruh oleh
pemikiran Al-Haitham, mulai mengganti lobang bidik lensa (camera) Al-Haitham
selama hidupnya telah menulis lebih dari 200 karya ilmiah semua didedikasikan
untuk kemajuan peradaban manusia.
Keberhasilan Al-Haitham yang fenomenal
lainnya adalah kemampuannya menggambarkan indra penglihatan manusia secara
detail. “Bapak Optik” dunia julukan untuk Al-Haitham mampu memecahkan rekor
sebagai orang pertama yang mampu menggambarkan seluruh detail bagian indra
penglihatan manusia. Ia juga mampu menjelaskan secara ilmiah proses bagaimana
manusia bisa melihat.
Teori yang dilahirkannya juga mampu
mematahkan teori penglihatan yang diajukan dua ilmuwan Yunani, Ptolemy dan
Euclid. Kedua ilmuwan ini menyatakan bahwa manusia bisa melihat karena ada
cahaya keluar dari mata yang mengenai objek. Berbeda dengan keduanya,
Al-Haitham mengoreksi teori ini dengan menyatakan bahwa justru objek yang dilihatlah
yang memantulkan cahaya yang kemudian ditangkap mata sehingga bisa terlihat.
Dalam buku lainnya yang diterjemahkan
dalam bahasa Inggris berjudul light and
On Twilight Phenomena, Al-Haitham membahas mengenai senja dan lingkaran
cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang gerhana. Ia juga
mencetuskan teori lensa pembesar. Teori itu digunakan oleh para saintis Italia
untuk menghasilkan kaca pembesar pertama di dunia. Karya fenomenal berupa kitab
yang bertajuk Al-Manazhir sudah tidak
diketahui keberadaanya. Orang hanya bisa mempelajari terjemahannya dalam bahasa
Latin.
2. Optik
Ibnu Haytham atau Alhazen, begitu orang
barat menyebutnya, dunia memberinya gelar kehormatan sebagai Bapak Optik. Bernama
lengkap Abu Ali Muhammad ibnu Al-Hasan Ibnu Al-Haytham. Ia merupakan sarjana
muslim terkemuka yang lahir di Basrah, Irak pada 965 M. Penelitiannya tentang
cahaya memberikan ilham kepada ahli sains Barat seperti Boger, Bacon, dan
Kepler yang menciptakan mikroskop serta teleskop. Dialah orang pertama yang
menulis dan menemukan berbagai data penting mengenai cahaya. Konon, dia menulis
tak kurang dari 200 judul buku.
Dalam karya monumentalnya, Kitab Al-Manadhir, teori optik pertama
kali dijelaskan. Hingga 500 tahun kemudian, teori Ibnu Haytham dikutip banyak
ilmuwan. Tak banyak orang yang tau bahwa orang yang pertama yang menjelaskan
soal mekanisme penglihatan pada manusia (yang menjadi dasar teori optik modern)
adalah ilmuwan Muslim asal irak tersebut. Selama lebih dari 500 tahun, kitab
Al-Manadhir terus bertahan sebagai buku paling penting dalam ilmu optik.
Pada 1572, karya Ibnu Haytham ini
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul Optice Thesaurus. Haytham juga mencatatkan namanya sebagai orang
pertama yang menggambarkan seluruh detail bagian indra penglihatan manusia. Ia memberikan
penjelasan yang ilmiah tentang bagaimana proses manusia bisa melihat. Salah satu
teorinya yang terkenal adalah ketika ia membantahkan teori penglihatan yang
diajukan dua ilmuwan Yunani, Ptolemy dan Euclid. Sayangnya hanya sedikit yang
tersisa. Bahkan karya monumentalnya, Kitab
Al-Manadhir, tidak diketahui lagi keberadaannya. Orang hanya bisa
mempelajari terjemahannya yang ditulis dalam bahasa Latin. Buku yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin ini juga yang menyebabkan orang Muslim
banyak yang tidak tau bahwa pertama kali pertama kali penemuan optik adalah
dari ilmuwan Islam. Begitupun dengan umat Islam sendiri sekarang kurang peduli
terhadap karya-karya ilmuwan Muslim terdahulu.
3. Hukum Gravitsai Universal
Umumnya dunia mengenal penemu “hukum
gravitasi universal” adalah Sir Isaac Newton (Principia, 1687) namun sebenarnya
jauh sebelum Newton, ilmuwan Islam yang juga salah satu dari Banu Musa
Bersaudara bernama Abu Ja’far Muhammad ibn Musa ibn Shakir yang hidup antara
tahun 803-873 di Baghdad, Irak. Sudah menciptakan hipotesis akan adanya suatu
daya tarik raksasa dalam pergerakan benda-benda luar angkasa.
Abu
Ja’far Muhammad, yang memiliki keahlian khusus di bidang astronomi, teknik,
geometri, dan fisika. Dalam Kitab al-Hiyal, memberikan penjelasan tentang
gerakan bola. Dalam buku tersebut, dia juga menuliskan penemuannya tentang
benda-benda langit yang menjadi subjek dalam hukum fisika bumi. Karya Abu Ja’far
Muhammad lainnya adalah pembahasan tentang gerakan bintang dalam hukum
tarik-menarik. Ia mengungkapkan adanya gaya tarik-menarik antara benda-benda
langit. Hal ini membuktikan bahwa hukum grsvitasi Newton berlaku secara universal.
0 komentar:
Posting Komentar