Selasa, 31 Maret 2015

Penemuan Ilmuan Muslim dalam Bidang Fisika


1.        Kamera Obscura

Dalam setiap momen penting, tentunya setiap manusia ada keinginan untuk mengabadikannya dalam pengabadian itu diperlukan sebuah alat yang dinamakan kamera. Lewat jepretan dan bidikan kamera, manusia bisa merekam dan mengabadikan beragam bentuk gambar mulai dari sel manusia hingga galaksi diluar angkasa.
Jauh sebelum barat menemukan kamera, prinsip-prinsip dasar pembuatan kamera telah dicetuskan seorang sarjana Muslim sekitar 1000 tahun silam. Peletak prinsip kerja itu adalah seorang saintis legendarix Muslim bernama Ibnu Al Haitham. Pada akhir abad ke-10 M, Al-Haitham menemukan sebuah kamera obscura. Dia adalah seorang bapak fisika modern yang lahir di kota Basrah, Persia. Penemuan kamera ini merupakan salah satu penemuan di bidang fisika.
Penemuan yang sangat inspiratif ini berhasil dilakukan Al-Haitham bersama Kamaluddin Al-Farisi. Keduanya berhasil meneliti dan merekam fenomena kamera obscura. Penemuan itu berawal ketika keduanya mempelajari gerhana matahari. Untuk mempelajari penomena gerhana, Al-Haitham membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari semi nyata diproyeksikan melalui permukaan datar. Kajian ilmu optik berupa kamera obscura itulah yang mendasari kinerja kamera yang saat ini digunakan umat manusia.
Dunia mengenal Al-Haitham sebagai perintis di bidang optik yang terkenal lewat bukunya bertajuk Kitab al-Manazir (Buku Optik). Untuk membuktikan teori-teori dalam bukunya itu, sang fisikawan Muslim itu lalu menyusun Al-Bayt Al-Muzlim atau lebih dikenal dengan sebutan kamera obscura atau kamar gelap. Istilah kamera obscura yang ditemukan Al-Haitham pun diperkenalkan di Barat sekitar abad kw-16 M. Lima abad setelah penemuan kamera obscura. Cardano Geronimo (1501-1576) terpengaruh oleh pemikiran Al-Haitham, mulai mengganti lobang bidik lensa (camera) Al-Haitham selama hidupnya telah menulis lebih dari 200 karya ilmiah semua didedikasikan untuk kemajuan peradaban manusia.
Keberhasilan Al-Haitham yang fenomenal lainnya adalah kemampuannya menggambarkan indra penglihatan manusia secara detail. “Bapak Optik” dunia julukan untuk Al-Haitham mampu memecahkan rekor sebagai orang pertama yang mampu menggambarkan seluruh detail bagian indra penglihatan manusia. Ia juga mampu menjelaskan secara ilmiah proses bagaimana manusia bisa melihat.
Teori yang dilahirkannya juga mampu mematahkan teori penglihatan yang diajukan dua ilmuwan Yunani, Ptolemy dan Euclid. Kedua ilmuwan ini menyatakan bahwa manusia bisa melihat karena ada cahaya keluar dari mata yang mengenai objek. Berbeda dengan keduanya, Al-Haitham mengoreksi teori ini dengan menyatakan bahwa justru objek yang dilihatlah yang memantulkan cahaya yang kemudian ditangkap mata sehingga bisa terlihat.
Dalam buku lainnya yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris berjudul light and On Twilight Phenomena, Al-Haitham membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang gerhana. Ia juga mencetuskan teori lensa pembesar. Teori itu digunakan oleh para saintis Italia untuk menghasilkan kaca pembesar pertama di dunia. Karya fenomenal berupa kitab yang bertajuk Al-Manazhir sudah tidak diketahui keberadaanya. Orang hanya bisa mempelajari terjemahannya dalam bahasa Latin.

2.       Optik

Ibnu Haytham atau Alhazen, begitu orang barat menyebutnya, dunia memberinya gelar kehormatan sebagai Bapak Optik. Bernama lengkap Abu Ali Muhammad ibnu Al-Hasan Ibnu Al-Haytham. Ia merupakan sarjana muslim terkemuka yang lahir di Basrah, Irak pada 965 M. Penelitiannya tentang cahaya memberikan ilham kepada ahli sains Barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler yang menciptakan mikroskop serta teleskop. Dialah orang pertama yang menulis dan menemukan berbagai data penting mengenai cahaya. Konon, dia menulis tak kurang dari 200 judul buku.
Dalam karya monumentalnya, Kitab Al-Manadhir, teori optik pertama kali dijelaskan. Hingga 500 tahun kemudian, teori Ibnu Haytham dikutip banyak ilmuwan. Tak banyak orang yang tau bahwa orang yang pertama yang menjelaskan soal mekanisme penglihatan pada manusia (yang menjadi dasar teori optik modern) adalah ilmuwan Muslim asal irak tersebut. Selama lebih dari 500 tahun, kitab Al-Manadhir terus bertahan sebagai buku paling penting dalam ilmu optik.
Pada 1572, karya Ibnu Haytham ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul Optice Thesaurus. Haytham juga mencatatkan namanya sebagai orang pertama yang menggambarkan seluruh detail bagian indra penglihatan manusia. Ia memberikan penjelasan yang ilmiah tentang bagaimana proses manusia bisa melihat. Salah satu teorinya yang terkenal adalah ketika ia membantahkan teori penglihatan yang diajukan dua ilmuwan Yunani, Ptolemy dan Euclid. Sayangnya hanya sedikit yang tersisa. Bahkan karya monumentalnya, Kitab Al-Manadhir, tidak diketahui lagi keberadaannya. Orang hanya bisa mempelajari terjemahannya yang ditulis dalam bahasa Latin. Buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin ini juga yang menyebabkan orang Muslim banyak yang tidak tau bahwa pertama kali pertama kali penemuan optik adalah dari ilmuwan Islam. Begitupun dengan umat Islam sendiri sekarang kurang peduli terhadap karya-karya ilmuwan Muslim terdahulu.

3.       Hukum Gravitsai Universal

Umumnya dunia mengenal penemu “hukum gravitasi universal” adalah Sir Isaac Newton (Principia, 1687) namun sebenarnya jauh sebelum Newton, ilmuwan Islam yang juga salah satu dari Banu Musa Bersaudara bernama Abu Ja’far Muhammad ibn Musa ibn Shakir yang hidup antara tahun 803-873 di Baghdad, Irak. Sudah menciptakan hipotesis akan adanya suatu daya tarik raksasa dalam pergerakan benda-benda luar angkasa.
Abu Ja’far Muhammad, yang memiliki keahlian khusus di bidang astronomi, teknik, geometri, dan fisika. Dalam Kitab al-Hiyal, memberikan penjelasan tentang gerakan bola. Dalam buku tersebut, dia juga menuliskan penemuannya tentang benda-benda langit yang menjadi subjek dalam hukum fisika bumi. Karya Abu Ja’far Muhammad lainnya adalah pembahasan tentang gerakan bintang dalam hukum tarik-menarik. Ia mengungkapkan adanya gaya tarik-menarik antara benda-benda langit. Hal ini membuktikan bahwa hukum grsvitasi Newton berlaku secara universal.
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar